Pengereman adalah suatu proses memperlambat gerakan roda dengan jalan mengkonversi energi kinetik/ gaya ke dalam bentuk lain. Dengan gerakan roda yang diperlambat, maka secara otomatis gerak suatu benda menjadi lambat bahkan berhenti. Sebagai salah satu moda transportasi umum, kereta api tentu memiliki sistem pengereman yang bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan laju kereta api sesuai dengan fungsinya.
Akan tetapi, sampai saat ini masih sering sekali terjadi kecelakan yang dikaitkan dengan sistem pengereman kereta api ini. Seperti misalnya ketika sebuah kendaraan tiba-tiba mogok di tengah perlintasan kereta api bersamaan saat kereta api terlihat sedang melaju. Alih-alih berhenti, justru sang masinis seakan tampak membiarkan kereta api menabrak apa saja yang di depannya. Mengapa demikian? Tentu ada alasan kuat nan valid dibaliknya. Untuk mengetahui jawabannya, simak pembahasan berikut ini
Faktor-faktor pengereman pada kereta api
Kereta Api (KA) merupakan alat transportasi umum yang terdiri dari lokomotif (kendaraan dengan tenaga gerak yang berjalan sendiri) dan rangkaian kereta/ gerbong. Untuk memuat penumpang maupun barang dalam skala besar rangkaian kereta atau gerbong tersebut biasanya berukuran relatif panjang. Memiliki rangkaian yang panjang, tentu muatan KA sangat lah tinggi bahkan mencapai ratusan ton beratnya. Selain itu, KA juga memiliki inersia besar karena kecepatannya yang cukup tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, maka sulit untuk menerapkan upaya pengereman penuh dengan memaksa rem mengunci roda agar berhenti ketika ada kendaraan lain yang tanpa sengaja berada di jalur lintasannya. Apalagi gesekan antara roda baja dan rel baja pada KA sangat lah jauh lebih rendah daripada gesekan antara jalan beton aspal dengan ban karet kendaraan jalan raya.
Oleh karenanya, tekanan pengereman pada KA sengaja dilepaskan secara perlahan dan bertahap agar efeknya terasa merata ke sepanjang gerbong. Apabila tekanan dilepaskan secara penuh dan tiba-tiba, maka dapat menyebabkan pengereman yang tidak seragam sehingga menyebabkan rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara. Pengereman yang tidak seragam ini justru akan menyebabkan kecelakaan yang lebih besar. Yakni roda dapat tergelincir dan anjlok dari rel hingga gerbong pun terguling.
Itu artinya, masinis tidak bisa langsung memberhentikan KA dengan cepat atau dalam jarak terbatas dalam jangkauan jarak pandangnya. Sudah sewajarnya terdapat jeda yang cukup lama ketika ia menarik handle tuas rem sampai KA dapat benar-benar berhenti total. Semakin panjang kereta, tentu akan semakin lambat tekanan yang dilepaskan.
Jenis sistem pengereman pada kereta api
Secara umum, sistem pengereman pada kereta api sendiri dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Pengereman mekanis. Sistem ini menggunakan perangkat pengereman dasar mencakup rem roda-tapak, rem cakram yang dipasang di gandar, dan rem cakram yang dipasang di roda. Tekanan yang diberikan disesuaikan untuk mengontrol gaya pengereman dengan menggunakan objek yang menerapkan gesekan pada disk.
- Sistem pengereman elektrik. Sistem ini biasa digunakan oleh kereta listrik. Prinsipnya mengubah mengubah motor menjadi generator pengereman yang menghilangkan energi kinetik sebagai panas.
Demikian pembahasan mengenai sistem pengereman pada kereta api. Semoga dapat bermanfaat dalam menambah wawasan. Bicara soal pengereman pada kereta api, kami ingin memberi informasi tambahan bahwasannya CV. Aneka Metal Industri merupakan perusahaan fabrikasi komponen/ spare part kereta api terpercaya dan terbaik se-Indonesia. Adapun produk yang kami produksi antara lain: spare part pengereman brake block head, kemudian bottom center plate, journal spring lower seat, journal spring upper seat, sprue bushing, dan produk lain sesuai kebutuhan. Untuk info mengenai produk beserta harga, silahkan hubungi kontak kami sekarang juga!